Minggu, 17 Juni 2012

Denaturasi protein


Tujuan praktikum
  1. Agar dapat memahami factor yang menyebabkan denaturasi protein
  2. Agar dapat mengidentifikasi denaturasi protein
  3. Agar dapat mengetahui proses denaturasi protein
  4. Agar dapoat menganalisa hasil percobaan

Prinsip kerja
Pengendapan protein oleh ligam berat, asm , dan pelarut organic

Teori dasar
Protein merupakan suatu senyawa yang umum dalam biologi sebagai pertanda kehidupan. Unsur yang umum untuk protein adalah unsure N, disamping unsure lainnya seperti C,H,dan O. protein merupakan kumpoulan dar asam amino yang satu sama lain dihubungkan oleh ikatan peptide. Asam amino merupakan turunan dari asam karboksilat, satu atom H digantikan oleh gugus NH2. Pada umumnya, atom H yang digantikan itu terletak pada atom C posisi alfa (α). Ikatan peptide merupakan suatu ikatan yang menghubungkan asam-asam amino sehingga terbentuk protein. Ikatan ini berasal dari penggabungan OH dan NH2 dan penarikan satu molekul air (H2O).
Struktur kimia pada protein dibagi menjadi :
  1. Ikatan primer, terbentuk rantai peptide
  2. Ikatan sekunder, terbentuk heliks
  3. Ikatan tersier, terbentuk konfigurasi protein.
  4. Ikatan kuartener, terbentuk kompleks protein utuh.
Protein akan mengalami denaturasi. Denaturasi berasal dari kata ”de” dan “natural”. De- berarti keluar dan natural berarti alami atau asli. Jadi, denaturai adalah keluar dari sifat-sifat aslinya akibat oerusakan oleh berbagai factor. Perubahan yang terjadi dapat berupa perubahan kimia, fisika, dan faal.
  • Perubahan kimia
Kerusakan yang paling mendasar pada denaturasi protein terketak pada struktur-struktu kimia protein, kecuali struktur primernya. Jadi pada denatursi protein, struktur primer berupa ikatan peptide yang msih utuh. Jika kerusakan protein sampai pada struktur primernya, diperlukan usaha yang berat untuk menghasilkan asam-asam aminonya. Upaya tersebut dikatakan dengan proses hidrolisis protein. Salah satu caranya adalah dengan memanaskan protein didalam asam selama berjam-jam. Dengan demikian, denaturasi protein dapat diartikan sebagai rusaknya struktur kimia suatu protein, kecuali struktur primernya, oleh berbagai factor. Akibat kerusakan itu protein akan kehilangan sifat fisik dan faalnya yang asli (natural).
  • Erubahan faal
 Perubahan faal dapat menghilangkan sifat-sifat alami dari protein, seperti sifat enzim dan antibody. Enzim yang mengalami denatursi akan kehilangan sifat biokatalis dan hormone protein akan kehilangan fungsi regulatornya terhadap metabolism tubuh. Antibody yang juga suatu protein (δ-globulin) akan kehilangan fungsi aglutinasinya tehadap antigen lawnanya jika mengalami denaturasi.
  • Perubahan sifat fisik
Protein yang mengalami denaturasi akan berubah sfiat-sifat fisiknya, seperti ukuran molekul, kelrutan atau konsistensi yang dapat diamati visual.
Factor yang daptat menyebabkan denaturasi protein:
 1. Factor kimia
Bahan- bahan kimia dapat mengganggu muatan protein jika ditambah kedalam larutan natural protein yang menyebabkan rusaknya ikatan kimia protein tersebut. Bahan-bahan kimia tersebut dapt berupa:
  • Asam, basa, garam organic, logam berat, anion komlpeks
  • Dihidrating agent, seperti alcohol, garam netral dengan kosentrasi tinggi
  • Uream guanidine
  • Pelarut-pelarut organic
2. Factor fisika
Factor fisika dibawah ini dapat merusak struktus kimia protein:
  • Panas / dingin
  • Sinar ultraviolet
  • Detergen
  • Tekanan tinggi
  • Pengocokan yang intensive
  • pH yang ekstrim

Larutan protein dapat diendapkan dengan cara-cara  berikut:
  • logam berat dan sedikit alkali
  • asam kompleks
  • larutan jenuh garam inorganic
  • pelarut lemak seperti alcohol atau aseton
  • pemanasan

alat dan bahan
alat yang digunakan:                                                   bahan yang digunakan:
tabung reaksi                                                              larutan putih telur asam ( 3 tetes HCl 5%
lampu srpitus                                                               dalam 20 mL larutan putih telur 1:1 dengan
penjepit tabung reaksi                                                 aquades)
rak tabung reaksi                                                        Pb asetat 1%
pipet takar 10 mL                                                        NaOH 0,1 N
pipet tetes                                                                    K4Fe (CN)6 1%
                                                                                    HCl 1%
                                                                                    Isopropanol teknis
                                                                                    NaOH jenuh
                                                                                    CuSO4 1%
                                                                                    AgNO3 1%
                                                                                    FeCl3 1%

Prosedur kerja
Masukkan 3 mL sampel kedalam masing-masing tabung reaksi
Diitambahkan 9 tetes NaOH pada sampel
Homogenkan, setelah itu tambhakan 1 drop reagen
Amati oerubahan yang terjadi
Daftar pustaka
Panil, Z. 2007. Memahami Teori dan Praktik Biokimia Dasar Medis. Jakarta, EGC

Sabtu, 16 Juni 2012

Standarisasi natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,01 N dengan asam oksalat (H2C2O4) 0,01 N



Hari / Tanggal praktikum: Senin / 07 Mei 2012
Metoda : Iodometri
Prinsip :
Kalium Iodida direaksikan dengan KI dalam suasana asam akan membentuk I2. I2 ­yang terbentuk di titrasi dengan larutan natrium tiosulfat sampai berwarna kuning muda. Dengan penambahan indikator amilum 1% akan memberikan warna biru. Warna biru yang terbentuk di titrasi kembali dengan natrium tiosulfat. Kelebihan natrium tisulfat akan memberikan TAT biru tepat hilang.
Alat yang digunakan :                                              Bahan yang digunakan :
Buret 50 mL                                                                Natrium tiosulfat
Pipet gondok 20 mL                                                    Kalium iodida
Erlenmeyer 250 mL                                                    Asam sulfat
Gelas piala 250 mL                                                     aquadest
Gelas piala 1000 mL                                                   Amilum 1%
Corong                                                                        Kalium Iodat
Labu ukur 100 mL
Standar dan klem
Bulp pipet
Botol semprot
Prosedur kerja:
  1. Semua alat dalam keadaan bersih dan kering.
  2. Pembuatan larutan standar primer kalium iodida 0.01 N dengan cara :
    • Dibuat rencana penimbangan yaitu berapa gram kah KIO3 yang akan kita timbang, mula-mula ditimbang kaca arloji kemudian ditambahkan sejumlah zat (KIO3) sesuai dengan perhitungan yang telah dibuat.
    • Dilarutkan zat tersebut didalam labu ukur sesuai dengan volume aquades yang direncanakan pada perhitungan tadi, dengan bantuan corong dan labu semprot,kemudian ditambahkan aquades sampai  2 cm dibawah tanda tera, kemudian dikeringkan leher labu ukur dengan bantuan kertas serap.
    • Dipaskan larutan sampai tanda tera dengan bantuan pipet tetes.kemudian homogenkan larutan dengan membolak balikkan labu ukur beberapa kali. 
  3. Dipasang standard dan klem serta dibilas buret dengan larutan pentiter yang akan digunakan yaitu Natrium tiosulfat 0,01 N, kemudian pasangkan buret pada standard an klem serta iskan laruan pentiter natrium tiosulfat 0,01 N kedalam buret tersebut dan paskan skalanya pada 0,00 mL.
  4. Dipipet secara teliti 10 mL larutan standar primes KIO3 dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 mL, kemudian ditambahkan 10 mL aquades diatmbahkan KI kristal ditutup dengan plastik, ditambahkan larutan H2SO4 6 N sebanyak 5 mL.
  5. Dilakukan penitaran dengan meneteskan setetes demi setetes Larutan standar natrium tiosulfat sambil Erlenmeyer digoyang, ditambahkan indikator amilum 1%
  6. Penitaran dilakukan lagi dengan natrium toislfat sampai didapatkan titik akhir titrasi yaitu ditandai dengan perubahan warna biru tepat hilang.
  7. Penitaran dilakukan duplo
  8. Bersihkan are kerja dan buat perhitungan untuk menentukan konsentasi NaOH yang sebenarnya.

Perhitungan  :
Rencana penimbangan KIO3 0,01 N :
BE Asam oksalat = 35,67       volume yang akan dibuat = 50 mL 
Gr  = BE x V x N
      = 53,67  x 0,05 L x 0,01 N
      = 0,0178 gram     
Jadi asam oksalat yang harus ditimbang adalah 0,0178 gram
Data penimbangan asam oksalat :
Berat  kaca arloji + kertas perkamen= 14,8842           g
Berat zat yang harus ditimbang                      = 0,0178             g
Berat keseluruhan yg akn ditimbang              = 14,9020           g
Berat yang tertimbang                                     = 14,9022           g
Berat zat yang sebenarnya                             = 14,9022 g – 14,8842 g
                                                                           = 0,0180             g
Konsentrasi oksalat yang sebenarnya :
N   =  gram / BE xV                                          
      = 0,0108/ (35,67 x 0,05)                             
      = 0,0101 N
Data standarisasi Na2S2O3 dengan KIO3 :
Konsentrasi KIO3                 = 0,0101 N           
Volume KIO3                        = 10 mL
Volume Na2S2O3                 = 11 mL
Konsentrasi Na2S2O3          =  (VN)KIO3                   = (VN) Na2S2O3
                                             = 10 mL x 0,0101 N       = 11 mL x N Na2S2O3
                                             = N Na2S2O3                 =  (10 mL x 0,0101 N) / 11 mL
                                             = N NaOH                      = 0,0092 N
Rumus gabungan :
N   =  mg / ((V lbu/V1) x V2 X BE)
      =  18mg / ((50 mL/10 mL) x 11 mLX 35,67)
      = 0,0092 N

Pengamatan :
KIO3 (Kristal putih) dilarutkan dengan aquades (larutan bening) dimasukkan kedalam Erlenmeyer + KIH2SO4(merah kecoklatan) dititar dengan Na2S2 O3 (kuning gading) + amilum 1%(biru tua) dititrasi dengan Na2S2O3maka TAT hilang warna biru.
Kesimpulan :
Dari praktikum yang telah dilaksanakan mengenai standarisasi Na2S2O3 dengan KIO3 0.01 N maka didapatkan konsentrasi larutan Na2S2O3 yang sebenarnya adalah 0,0092 N.

Penentuan Kualitatif Protein Dengan Uji Biuret


Tanggal Praktikum   : 04 Juni 2012
Tujuan Praktikum
Agar dapat mengidentifikasi protein
Agar dapat mengetahui pemeriksaan protein secara kualitatif
Agar praktikan dapat menganalisa hasil percobaan yang didapat
Prinsip Kerja
Pembentukan ikatan peptide dalam suasana alkalis
Teori Dasar
Protein merupakan senyawa yang umum dalam biologi sebagai [ertanda kehidupan. Unsure yang umum untuk protein yaitu adanya unsur N, disamping unsure lainnya seprti C, H dan O. protein merupakan kumoulan asam amino yang satu sama lain dihubungkan oleh ikatan peptida. Asam amino merupakan turunan dari asam karboksilat.
Ikatan peptide merupakan suatu ikatan yang menghubungkan asam-asam amino sehingga terbentuk protein. Ikatan ini berasal dari penggabungan OH dan NH2 an penarikan satu molekul air (H2O).
Satu protein dihubungkan oleh 30 30 jenis asam amino dengan 29 buah jembatan peptide.
Larutan protein atau assam amino mempunyai muatan listrik, namun muatan ini bisa bersifat elektronegatif dan bisa pula bersifat elektropositif. Hal ni sejalan dengan asam basa yang dapat bersifat basa atau asam. Sifat ion seperti ini disebut zwitter ion. 
Pada suatu pH larutan terrentu, muatan positif seimbang dengan muatan negative. Dengan kata lain, protein tersebut dalam keadaan netral (tidak bermutan ). Pengertian netral disini tidak identik dengan pengertian netral dalam asam basa, yaitu pH = 7. Bila asam amino atau protein dalam keadaan netral dalam suatu titik pH, titik pH tersebut dikenal dengan titik iso elektro point (IEP). Setiap jenis asam amino, atau setiap jenis protein tidak mempunyai IEP yang sama. Penmbahan asam atau basa akan  mempengaruhi muatan asam amino atau protein. Pada lingkungan sa, asam amino  akan bermuatan negative dan pada lingkungan asam akan bermuatan positif.
Daya larut protein pada titik IEP sangat kurang. Oleh karena itu, untuk mengendapkan rotein diusahakan pH berada disekitar IEP. Elektroforesif Asam Amino, teknik ini sering digunakan dilaboratorium untuk menganalisis protein, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
Uji biuret merupakan uji umum untuk protein. Uji ini spesifik untuk ikatan peptide. Biurete adalah zat yang terbentuk pada pemanasan urea. 
Warna violet akan terbentuk pada larutan CuSO4 alkalis (reagen biuret) dengan 2 atau lebih ikatan peptide ( CO-NH) yang saling berikat, atau pada atom N yang sama, atau atom C yang sama. Disamping itu,  terdapat 2 atau lebih gugusan karbomil (CONH2), C­5NH2, CNH NH2, CR NH2. Dipeptida dan asam amino (kecuali histidin, serin dan treonin) tidak member reaksi positif.
Alat  Dan Bahan
Alat yang digunakan :                                                 bahan ng digunakan :
Tabung reaksi                                                             pepton 2%
Rak tabung reaksi                                                       kasein 2%
Lampu spritus                                                             urea Kristal
Penjepit                                                                       larutan  urea 2%
Pipet takar 10 mL                                                       albumin 2%
Pipet tetes                                                                   gliserol
                                                                                    CuSO4 0,5%
                                                                                    NaOH 10%
                                                                                    Aquadest
Prosedur Kerja
  1. Masukkan 2 mL sampel kedalam tabung reaksi
  2. Tambahkan 2 mL NaOH 10% kedalam masing-masing sampel
  3. Homogenkan, setelah itu tambahkan CuSO4 masing-masing 4 tetes
  4. Amati warna violet yang timbul
  5. Khusus untuk urea Kristal, dipanaskan terlebih dahulu sampai cair setelah itu ditambahkan 5 mL aquades (ini adalah sampel) selanjutnya diperlakukan sama seperti sampel lain
Pengamatan
No.
Sampel
Pengamatan
1.
Albumin 2%
Ungu (+)
2.
Peptone 2%
Ungu (+)
3.
Urea Kristal
Ungu (+)
4.
Larutan urea 2%
Beining (-)
5.
Gliserol
Bening (-)

Pembahasan
Pada sampel albumin, pepton, dan urea Kristal memberikan warna ungu (violet) setelah sampel ditambahkan dengan NaOH dan CuSO4 ini menendakan dlam senyawa tersebut ada terdapat peptide. Sedangkan pada larutan urea 2%dan gliserol tidak memberikan warna ungu ini berarti senyawa tersebut tidak mengandung ikatan peptide.
Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik keismpulan bahwa senyawa yang termasuk golongan protein adalah albumin, pepton, dan urea Kristal.